
Motivasi yang Benar di Hadapan Allah
Vol 1 No. 30
BROT
Wulfstan Harris Soerianto, SS.CC
10/26/20251 min baca



Saudara-saudari terkasih, kalau dipikir-pikir orang Farisi dalam Injil hari ini sudah berbuat banyak: ia berdoa, mengucap syukur, tidak merampok, tidak berzinah, puasa dua kali seminggu, bahkan rajin menyumbang sebesar sepersepuluh dari penghasilannya. Sedangkan si pemungut cukai, belum tentu melakukan sebanyak orang Farisi tersebut.
Terkadang memang apa yang dipikirkan atau dinilai oleh manusia tidak sama dengan yang dihitung oleh Allah. Contoh lainnya bisa kita lihat saat Yesus disalibkan. Penjahat yang disalibkan bersama Yesus, di saat-saat terakhirnya, menerima dan percaya kepada Yesus. Kemudian Yesus mengatakan bahwa ia akan masuk surga.
Jadi kenapa orang Farisi yang sudah banyak berbuat baik, tidak berbuat jahat, malah tidak benar di hadapan Allah? Sedangkan si pemungut cukai dibenarkan? Hal ini karena motivasi si Farisi tidak baik.
Ia berbuat banyak hal baik, menghindari hal jahat, tapi itu semua dilakukan untuk dirinya sendiri, agar ia merasa diri lebih baik dari orang lain, bukan karena melaksanakan kehendak Allah atau untuk memuliakan Allah.
Saya ingat ketika SMA dulu, saya pernah ikut suatu aliran kebatinan dan bisa melakukan banyak hal supranatural. Waktu itu saya merasa bahwa aliran tersebut baik, dan saya tidak pernah mencelakai atau merugikan orang lain. Namun perlahan-lahan saya merasa diri lebih baik dari orang lain karena bisa melakukan hal-hal yang orang lain tidak bisa. Meskipun saya tidak pernah menyombongkan diri secara langsung, tapi dalam hati saya ada kesombongan yang tidak terucapkan. Kemudian saya sadar bahwa berbuat baik bukanlah motivasi saya. Motivasi saya yang sebenarnya adalah saya ingin membuat diri saya lebih baik dari orang lain. Itulah yang sebenarnya.
Setelah masuk biara, saya sudah tidak mempraktikkan ilmu-ilmu itu lagi dan resmi keluar dari aliran tersebut. Saudara-saudari, dari pengalaman ini, saya belajar untuk waspada terhadap kesombongan yang tidak disadari dan motivasi yang keliru. Makanya setiap sebelum merayakan Ekaristi, saya hampir selalu berdoa: Ya Tuhan semoga Engkau sendiri yang memimpin Ekaristi ini dan agar umat melihat & menemukan Engkau, bukan melihat saya.
Mari sekarang kita bertanya pada diri masing-masing: apa motivasi saya pergi beribadah dan melakukan hal-hal baik dalam hidup? Semoga Tuhan memberkati kita semua dalam menemukan motivasi yang tepat dalam hidup ini.