Percayalah kepada Tuhan
Vol 1 No.33
BROT
Pater Fidelis Regi Waton SVD
11/16/20251 min baca


Injil Minggu ini mengkonfrontasikan kita dengan pernyataan Yesus tentang akhir dunia dan tamatnya waktu. Pernyataan ini tampaknya lumayan mengerikan dan mengejutkan. Tak sedikit sekte atau penujum akhir dunia yang mengambil pernyataan Yesus ini sebagai acuan untuk menyebarkan ramalan akhir langit, bumi dan segala isinya.
Apa yang dikatakan Yesus pada dasarnya bukanlah ramalan akhir dunia dan zaman. Dua fakta historis melatarbelakangi naskah injil ini. Pertama, peristiwa hancurnya kota Yerusalam dan Bait Allah pada tahun 70 Masehi. Sekelompok orang Yahudi melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan kolonial Romawi. Penjajah Romawi membalasnya dengan mengirim pasukan sebanyak 36 ribu orang tentara di bawah pimpinan Jenderal Titus. Kota Yerusalam dan Bait Allah dibumihanguskan, dijadikan rata tanah, yang hanya menyisakan tembok ratapan. Banyak orang Yahudi diusir dari tanah air mereka. Peristiwa ini ditafsir bagaikan akhir dunia.
Kedua, realitas pengejaran dan penganiayaan terhadap umat Kristen. Pengakuan iman kepada Yesus mendapat tantangan yang demikian besar dari dunia sekitar, juga dari kalangan keluarga sendiri. Dalam situasi ini umat Kristen yang menderita mengharapkan agar akhir dunia segera tiba, dimana Yesus datang kembali dan menyempurnakan karya penebusan umat manusia.
Yang terjadi bukanlah kedatangan kembali Yesus dalam waktu dekat, tapi roda waktu berjalan terus, sejarah dunia belum berakhir. Dalam lintasan perkembangan dunia terdapat bencana alam, perang, penganiayaan, munculnya nabi palsu, wabah penyakit, kelaparan, dan sebagainya. Dengan demikian naskah injil ini sangat dekat dengan kenyataan dunia sepanjang zaman. Dunia ini bukan hanya menampilkan wajah yang baik, tetapi juga perawakan yang negatif dan mengerikan.
Tujuan kisah injil ini bukanlah pemakluman akhir dunia dan fatalisme, ia juga tidak bermaksud menakutkan kita. Kabar gembira yang hendak ditonjolkan yakni bahwa kita tidak boleh dibelenggu oleh pelbagai malapetaka dan ancaman hidup. Kita hendaknya berani menerima dan menghadapi realitas hidup khususnya yang menakutkan dengan keberanian dan kepercayaan kepada Tuhan yang telah memulai segala karya-Nya dengan baik dan menyelamatkannya lewat wafat dan kebangkitan Yesus. Tuhan ini selalu beserta kita dan akan menyempurnakan segalanya.
Sebagai umat beriman, kita dipanggil bukan untuk menebarkan ketakutan dan kecemasan, melainnkan membawa harapan bahwa Tuhan selalu menuntun kita dalam Yesus Kristus. Tuhan yang kita imani adalah Tuhan yang tidak menginginkan kebinasaan kita, tetapi keselamatan kita, karena Dia adalah sahabat kehidupan.